Blog ini Sementara Sebagai BackUp dari Blog KebunHidayah.Wordpress.com

SIlahkan Kunjungi www.kebunhidayah.wordpress untuk membaca artikel terbaru

Jumlah Kalian (Umat Islam) Banyak, Tapi Kalian Bagai Buih…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita yang berada di akhir zaman ini, dalam salah satu sabdanya :

“Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya. ”
Salah seorang sahabat berkata; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?”
Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn. ”
Kata para sahabat: “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?
Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati.
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278, Abu Nu’aim dalam At Hilyah l /182 dengan dua jalan dan dengan keduanya hadits ini menjadi shohih)Hadits ini yang menceritakan menunjukkan keadaan ummat Islam di akhir zaman.

 
Pertama: Musuh-musuh Allah dari kalangan kaum kuffar dan musyrikin ahlul kitab selalu memata-matai perkembangan ummat Islam serta negara mereka. Karena mereka telah melihat penyakit wahn ini telah merasuki kaum muslimin.  Musuh-musuh Islam sejak zaman Rasulullah selalu mengawasi berita-berita daulah Islam, salah satunya dalam kisah Kaab bin Malik yang dirayu kaum kafir dari negeri lain yang mencium berita tentang adanya hukuman hajr (dikucilkan) yang diterima Kaab bin Malik. Begitulah musuh Islam bila ada kesempatan, mereka akan menerkam kita dari segala penjuru.

Kedua: Sesungguhnya ummat-ummat kafir saling membantu dan bergabung untuk menyerang Islam, daulahnya, pemeluknya dan para da’inya.
Siapa yang membaca sejarah perang Salib, akan tahu bagaimana peristiwa itu. Yang mana Bani Ashfar mempersiapkan pasukannya untuk membinasakan daulah khilafah. Bentuk persekutuan mereka di masa kini bisa dilihat dalam bentuk berbagai ‘Badan Organisasi Dunia’ atau ‘Kelompok Pertahanan dan Keamanan Regional’ dan sebagainya. 

Ketiga: Negeri-negeri Islam adalah sumber-¬sumber kebaikan dan berkah. Maka ummat-ummat kafir ingin menguasainya. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakannya dengan makanan baik yang membuat berselera para menyantapnya, maka mereka menyerbunya, setiap penyerbu ingin mendapat bagian seperti bagian singa.

Ke empat: Orang-orang kafir membuat negeri-negeri Islam menjadi berkelompok terpecah dan terpisah-pisah, sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Hawalah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Nanti kalian akan menjadi pasukan yang berkelompok-kelompok. Satu kelompok di Syam, satu kelompok di Iraq, dan satu kelompok di Yaman.” kata sahabat: Berilah pilihan, wahai Rasulullah. Maka beliau bersabda: “Pilihlah yang di Syam, siapa yang enggan, maka yang di Yaman. Dan hendaklah dia minum dari airnya, karena Allah menjaminkan untukku negeri Syam dan penduduknya. ”
Rabi’ah berkata: Aku mendengar Idris Al Khaulani menyampaikan hadits ini dan berkata: “Dan siapa yang dijamin Allah tidak akan tersia-sia.”

Bukankah ini realita ummat Islam?! Mereka menjadi negara-negara yang terpisah. Tidak punya wibawa.Tidak bisa berkuasa mengurus dalam dan luar negerinya dengan merdeka. Semuanya diatur oleh orang kafir. Hanya Allah yang kita minta pertolongannya dan kepadanya kita bertawakkal.

Ke lima: Kini, orang kafir tidak segan lagi kepada kaum muslimin, karena kaum muslimin sudah kehilangan wibawanya dihadapan ummat-ummat lainnya. Yang mana dulu wibawa itu membuat gemetar lutut dan sendi-sendi orang kafir dan pasukan Iblis. Itu karena senjata penghancur milik kaum muslimin tidak lagi ditakuti oleh orang kafir.

Allah berfirman: “Akan Kami lemparkan dalam hati orang-orang kafir rasa takut akibat mereka menyekutukan Allah” (Ali Imran: 151)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

“Aku ditolong Allah dengan musuh mengalami rasa takut, padahal aku masih sebulan perjalanan kesana. “

Ke enam: Kebanyakan ummat Islam tidak memahami bahwa kekuatan ummat Islam bukan pada banyaknya jumlah dan kekuatannya, tapi tergantung kualitas aqidahnya dan manhajnya. Karena ummat ini adalah ummat tauhid dan pengusung panji-panji tauhid.
Apakah engkau tidak dengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang jumlah: “Bahkan kalian ketika itu banyak !” ?

Perhatikan pelajaran dari perang Hunain, akan engkau dapati dia menjadi contoh disetiap masa.   “Dan hari Hunain ketika kalian merasa takjub dengan jumlah kalian yang banyak, tapi itu tidak berguna bagi kalian sedikitpun. “ (QS At Taubah:26)

Ke tujuh: Posisi ummat Islam tidak dipertimbangkan sedikitpun diantara ummat-ummat dimuka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan tetapi kalian bagai buih, seperti buih banjir.”

Sabda ini memberikan beberapa hal:
a. Buih yang mengalir membawa banyak kotoran bersamanya. Begini juga kebanyakan ummat Islam kini, berjalan bersama kotoran ummat Kafir
b. Banjir membawa buih yang tidak bermanfaat bagi manusia. Begitu juga ummat Islam kini, tidak melaksanakan perannya dihadapan ummat-ummat lain, yaitu Amar Ma’ruf dan Nahyi Mungkar.
c. Buih akan segera sirna. Dan karena itu Allah akan mengganti siapa yang berpaling dan mengokohkan kelompok yang bermanfaat bagi manusia di muka bumi.
d. Buih yang dibawa banjir tercampur dengan kotoran tanah. Begitu juga pemikiran mayoritas ummat Islam telah terkontaminasi dengan sampah filsafat dan budaya yang rusak.
e. Buih yang dibawa oleh banjir tidak tahu akan berakhir dimana karena dia berjalan bukan atas keinginannya. Begitu juga kebanyakan ummat Islam kini, tidak tahu apa yang sedang direncanakan musuh-musuhnya atas diri mereka.

Ke delapan: Ummat Islam menjadikan dunia sebagai target utamanya, tujuan ilmunya. Oleh karena itulah mereka menjadi takut mati. Cinta dunia karena mereka meramaikan dunia hingga lupa kepada kampung akhirat.
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan hal ini menimpa ummatnya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Bila ditaklukkan Persia dan Romawi, di kaum mana kalian? Abdurrahman bin Auf berkata: Kami akan berposisi seperti yang Allah perintahkan kami (yaitu akan memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya dan meminta tambahan dari nikmat-Nya). (Lihat An Nawawi 18/96),
Kata beliau: Jangan sampai selain itu, yaitu kalian akan saling berlomba-lomba, kemudian saling mendengki, kemudian saling membelakangi,kemudian saling membenci -atau yang sejenisnya kemudian kalian berjalan dihadapan muhajirin yang miskin dan sebagian kalian memakan sebagian. “(HR Muslim no_ 2962)

Oleh karena ketika ditaklukkannya Persia, Umar bin At Khaththab radhiyallahu ‘anhu menangis dan berkata: “Sesungguhnya harta ini jika dibukakan kepada sebuah ummat, Allah jadikan permusuhan diantara mereka.”

Ke sembilan: Ummat-ummat kafir tidak akan bisa menghabiskan ummat Islam, walau mereka bersatu untuk itu dari segala penjuru, sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah melipat bumi ini bagiku, maka aku melihat bagian timur dan baratnya. Dan ummatku akan sampai kekuasaan mereka seperti yang ditunjukkan kepadaku. Aku juga diberi perbendaharan merah dan putih (emas dan perak yang itu adalah harta benda kerajaan Persia dan Rumawi) dan aku meminta kepada Allah untuk ummatku agar tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun yang membinasakan mereka. Dan agar jangan sampai mereka dikuasai musuh selain diri mereka sendiri hingga akan dihancurkan mereka hingga akar-akarnya. Dan Allah telah berfirman :
“Wahai Muhammad, Sesungguhnya Aku bila menetapkan suatu ketetapan, maka itu tidak bisa ditolak. Aku memberikan bagi ummatmu untuk tidak dibinasakan dengan kelaparan setahun. Dan Aku tidak jadikan berkuasa mereka satu musuhpun selain diri sendiri yang akan menyerang mereka sendiri walau musuhnya sudah bersatu dari berbagai penjuru. Hingga diantara mereka sendiri yang saling menghacurkan satu dengan lainnya”
(HR Muslim no. 2889)

Maka apa yang bisa membuat sebuah pohon yang kokoh yang akarnya menancap ke bumi dan cabangnya mencakar ke langit menjadi sia-sia?!

 

Sumber :  Disadur (penyederhanaan bahasa) dari tulisan berjudul “Tapi Kalian Bagai Buih…” Penulis: Asy Syaikh Salim Al Hilali, dari Buletin Dakwah Al Minhaj Edisi VI/Th.I)

No comments yet»

Tinggalkan komentar