Blog ini Sementara Sebagai BackUp dari Blog KebunHidayah.Wordpress.com

SIlahkan Kunjungi www.kebunhidayah.wordpress untuk membaca artikel terbaru

Dzikir dan Syukur

Dzikir dan Syukur merupakan 2 ibadah yang saling bersimpul erat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah [2] : 152).

Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh kita untuk mengingatnya (dengan dzikir), dan selanjutnya menyuruh kita bersyukur.

Demikian pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan kita agar berdzikir sekaligus bersyukur, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz,

“Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).”
(HR. An Nasa’i [1303] dalam pembahasan Sujud Sahwi, Abu Dawud [1522] dalam pembahasan Shalat, dan Ahmad [21614] dari jalan Abdurrahman Al Hubla dari Ash Shonabihi dari Mu’adz bin Jabal, disahihkan Al Albani dalam Sahih Sunan Abu Dawud. (Tahqiq Al Fawa’id))

Bukanlah yang dimaksud dengan dzikir di sini sekedar berdzikir dengan lisan. Namun, dzikir dengan hati sekaligus dengan lisan. Berdzikir/mengingat Allah mencakup mengingat nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mengingat perintah dan larangan-Nya, mengingat-Nya dengan membaca firman-firman-Nya.

Dzikir lisan dan hati akan melahirkan ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah), keimanan kepada-Nya, serta keimanan kepada kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat-Nya.

Dzikir lizan dan hati kemudian akan membuahkan berbagai macam sanjungan yang tertuju kepada-Nya. Sementara itu semua tidak akan sempurna apabila tidak dilandasi dengan ketauhidan kepada-Nya. Maka dzikir yang hakiki pasti akan melahirkan itu semuanya. Dan ia juga akan melahirkan kesadaran mengingat berbagai macam kenikmatan, anugerah, serta perbuatan baik-Nya kepada makhluk-Nya.

Dari sinilah timbul rasa syukur untuk mengabdi kepada Allah dengan menaati-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang dicintai-Nya, baik yang bersifat lahir ataupun batin. Dua perkara (Dzikir dan Syukur) inilah simpul ajaran agama. Mengingat-Nya akan melahirkan pengenalan (hamba) kepada-Nya. Sedangkan bersyukur kepada-Nya terkandung ketaatan kepada-Nya. Syukur dari hati adalah dalam bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Sedangkan syukur di lisan adalah dalam bentuk pujian dan sanjungan. Syukur juga dapat muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota badan.

Dzikir dan syukur merupakan dua perkara dari tujuan diciptakannya jin dan manusia, langit dan bumi serta segala sesuatu yang berada di antara keduanya. Bahwasanya tujuan penciptaan dan perintah ialah agar Allah diingat dan disyukuri. Sehingga Dia akan selalu diingat dan tidak dilupakan. Akan selalu disyukuri dan tidak diingkari. Allah Yang Maha suci akan mengingat siapa saja yang mengingat diri-Nya. Dan Allah juga akan berterima kasih (membalas kebaikan) kepada siapa saja yang bersyukur kepada-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku (Adz Dzariat:56)

Berkata Al Imam Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : “Bahwasanya Allah ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah hanya kepadaNya saja tidak ada sekutu bagiNya. Barangsiapa mentaatiNya maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barangsiapa yang durhaka (menentang) kepadaNya maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat”.

Dengan demikian mengingat Allah (berdzikir) akan membuat Allah mengingat hamba-Nya. Dan bersyukur kepada-Nya adalah membuat Allah menambahkan nikmat pada hamba-Nya.

(Sumber : diringkas dan diedit dari beberapa sumber, antara lain kitab Al Fawa’id, Ibnul Qayyim rahimahullah)

No comments yet»

Tinggalkan komentar